*Assalamualikum Warahmatullahi Wabarakatuh* Selamat Datang di Blog IRMAS Baiturrahim Tlutup *

Minggu, 17 April 2011

Harlah ke-77, Ansor Gelar Konser Pluralisme di 24 Kota

Peringatan hari lahir Ansor NU yang ke-77 yang jatuh pada 24 April mendatang akan diisi dengan sejumlah rangkaian kegiatan, diantaranya konser pluralisme di 24 kota se-Indonesia.Nusron Wahid, ketua Umum GP Ansor menjelaskan, konser ini akan menyertakan artis papan atas Indonesia, yaitu Iwan Fals dan grup band Dewa.Puncak Harlah dilakukan pada 1 Juni yang merupakan hari lahir Pancasila di yang digelar di Monumen Nasional. Selanjutnya pada pertengahan Juni digelar Konferensi Besar (Konbes) yang mengundang seluruh wilayah GP Ansor ditambah cabang se-Jawa dan Lampung sebagai peninjau di Banten.
Pengentasan Kemiskinan
Tema harlah yang diusung kali ini adalah “Memperkokoh Komitmen Kebhinekaan dan Memberantas Kemiskinan.
Sebagai pengantar untuk Konbes ini, PP GP Ansor menggelar rountable discussion “Pemberantasan Kemiskinan Berbasis Komunitas dalam Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi dan Kesejahteraan Indonesia” di gedung PBNU, Kamis (7/4).
“Kita undang semua stakeholder yang berkaitan dengan kemiskinan, dishare kepada teman dari wilayah dan cabang Ansor. Diskusi ini merupakan semacam pengantar, apa itu kemiskinan. Siapa saja fihak yang terlibat dalam kemiskinan, apa saja pengurangan kemiskinan,” katanya.
Ia menegaskan, gerakan muda berbasis NU bisa dijadikan alat untuk pemberantasan kemiskinan. Diskusi ini supaya pengurus memiliki pandangan pengurangan kemiskinan, sebelum kumpul di Banten.
“Apakah program kemiskinan yang bisa dilakukan, dan apa yang bisa dilakukan Ansor dalam partisipasinya,” tandasnya.
Komunitas yang bisa diantalkan muslimat NU dan aisyah, dalam satu paket program PNPM, 300 juta, 100 Simpan Pinjam Perempuan, 100 juta infrastruktur, 100
Nusron yang juga legislator ini juga mengusulkan adanya simpan pinjam untuk pemuda, karena selama ini, dana PNPM untuk simpan pinjam baru diberikan kepada perempuan, yang dianggap memiliki risiko rendah.
Hadir dalam diskusi tersebut Berly Martawardaya PhD, direktur eksekutif INDEF,
Vivi Alatas, ekonom senior World Bank serta perwakilan dari pemerintah.
Dalam kesempatan tersebut, Vivi Alatas menjelaskan, kemiskinan harus dilihat secara multidimensi, yang dalam program global dicakup pada Millenium Development Goals (MDGs).
Vivi menjelaskan, Indonesia banyak mengalami kemajuan, saat ini dibandingkan dengan tahun 1990-an ketika program ini dicanangkan, tetapi masih terdapat beberapa kekurangan yang harus dibenahi, terkait beberapa aspek yang masih lemah dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia Pasifik seperti kematian ibu hamil dan sanitasi.
Masalah kemiskinan yang menjadi problem adalah terjadinya “gentian miskin”, orang yang tahun lalu sejahtera bisa kembali miskin dan yang sekarang miskin bisa menjadi sejahtera.
“Jika yang sekarang miskin besok tidak miskin lagi, maka pengurangan kemiskinan akan cepat teratasi,” katanya.
Ditambahkannya, kemiskinan tidak sekedar diukur dari konsumsi, tetapi juga dari akses lain seperti kesehatan, pendidikan dan lainnya. “Adanya mal nutrisi sebesar 25 persen bukan sekedar persoalan uang,” tandasnya.
Beberapa strategi yang bisa dilakukan untuk mengurangi kemiskinan meliputi pertumbuhan ekonomi, pelayanan social, dan belanja publik yang besar. Program pengurangan kemiskinan harus didorong agar masyarakat mampu menolong dirinya sendiri.
Proporsi penduduk miskin saat ini 2/3 masih di pedesaan dan bergerak di sector pertanian. Karena itu, perlu adanya penyuluhan, pendidikan dan pelatihan bagi para petani.
Program yang dibuat juga harus mampu menghubungkan orang miskin dengan peluang pertumbuhan, seperti pembuatan jalan desa, pembuatan pasar kerja dan menghubungkan dengan bank.
“Kita bisa belajar dari sisten Islam, ada tujuan utama dan rambu-rambu, ada insentif, kontrol,” paparnya.
Dalam kesempatan tersebut Nusron menambahkan, jika kemiskinan terkonsetrasi di pedesaan, otomatis ini menyangkut warga NU. Karena itu, Ansor NU memiliki tanggung jawab besar untuk membantu mengurangi kemiskinan. 
Sumber : http://www.nu.or.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar